JAKARTA - Harga batu bara global kembali menguat setelah tiga hari mengalami tekanan akibat lemahnya aktivitas pasar Asia.
Kenaikan ini dipicu oleh meningkatnya aktivitas perdagangan di China pasca-libur panjang Golden Week, yang menjadi katalis bagi stabilisasi harga dalam jangka pendek.
Berdasarkan data, harga batu bara kontrak acuan ditutup menguat ke USD106,25 per ton setelah sebelumnya anjlok lebih dari dua persen dalam tiga sesi berturut-turut. Pemulihan ini menandai respon pasar terhadap faktor fundamental dari konsumen utama, termasuk China dan Eropa.
Aktivitas Pasar China dan Keseimbangan Permintaan
Pasca liburan Golden Week, aktivitas perdagangan energi di China perlahan kembali normal, meski di beberapa pelabuhan besar seperti Qinhuangdao dan Caofeidian masih menunjukkan perdagangan yang lesu.
Banyak pembeli menahan diri menunggu harga stabil, sementara tekanan muncul akibat pasokan pulih lebih cepat daripada permintaan.
Meski begitu, proyeksi jangka menengah menunjukkan optimisme. Peningkatan kebutuhan energi, terutama batu bara termal untuk pembangkit listrik dan industri berat, diperkirakan meningkat seiring turunnya suhu menjelang musim dingin, yang menjadi faktor penopang harga dalam beberapa pekan mendatang.
Pergerakan Batu Bara Kokas dan Dukungan Eropa
Di sisi batu bara kokas, aktivitas pasar relatif tenang dengan tren harga bervariasi. Permintaan dari industri hilir seperti baja belum pulih karena tekanan regulasi tambang dan meningkatnya stok produsen. Pembeli cenderung menunggu kepastian harga dan pasokan sebelum kembali masuk pasar.
Katalis positif juga datang dari Eropa, di mana proyeksi konsumsi batu bara untuk pembangkit listrik meningkat akibat cuaca dingin dan berkurangnya pasokan gas alam.
Meskipun selama dua tahun terakhir Eropa berupaya mengurangi ketergantungan batu bara, ketidakpastian geopolitik dan fluktuasi harga gas membuat batu bara kembali menjadi cadangan energi penting.
Dampak Kenaikan Harga Batu Bara terhadap Pasar Saham
Penguatan harga batu bara menjadi katalis positif bagi emiten sektor energi dan pertambangan, terutama yang memiliki eksposur ekspor besar ke Asia dan Eropa. Saham seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indika Energy Tbk (INDY), dan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menjadi fokus investor.
ADRO dan PTBA diprediksi rebound karena fundamental kuat dan biaya produksi rendah. BUMI berpotensi menjadi pilihan trading jangka pendek jika harga bertahan di atas USD105 per ton.
Selain itu, kontraktor tambang seperti PT Petrosea Tbk (PTRO) dan PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) juga berpeluang meningkat permintaannya jika harga batu bara stabil.
Secara teknikal, kenaikan ini merupakan fase technical rebound setelah penurunan sebelumnya. Untuk reli berkelanjutan, diperlukan peningkatan permintaan riil dari China, perbaikan arus perdagangan pasca-liburan, dan penguatan konsumsi energi di Eropa.