JAKARTA - Harga minyak dunia menunjukkan stabilitas pada perdagangan terbaru, setelah sebelumnya sempat anjlok lebih dari satu persen.
Kondisi ini terjadi seiring meredanya ketegangan geopolitik di Timur Tengah usai tercapainya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Harga minyak mentah Brent naik tipis menjadi US$65,31 per barel, sementara minyak mentah AS West Texas Intermediate (WTI) meningkat ke US$61,63 per barel. Kestabilan ini menandai berkurangnya premi risiko perang yang selama dua tahun terakhir menahan volatilitas pasar energi global.
Pengaruh Gencatan Senjata terhadap Pasar Energi
Analis ANZ, Daniel Hynes, menilai kesepakatan gencatan senjata membuat investor kembali fokus pada potensi surplus pasokan karena OPEC+ terus melonggarkan pemangkasan produksi.
Gencatan senjata antara Israel dan Hamas menetapkan Israel menarik sebagian pasukannya dari Gaza, sedangkan Hamas membebaskan seluruh sandera, sebagai imbalan pembebasan ratusan tahanan oleh Israel.
Selama dua tahun konflik berlangsung, perang di Gaza meningkatkan kekhawatiran gangguan suplai minyak global. Dengan tercapainya gencatan senjata, pasar mulai menilai risiko geopolitik telah menurun, meski sentimen pasar tetap rapuh karena perhatian investor kini beralih ke potensi kelebihan pasokan minyak dunia.
Peran OPEC+ dan Produksi Minyak Dunia
OPEC+ baru-baru ini menyetujui peningkatan produksi untuk bulan berikutnya, meski dalam skala lebih kecil dari perkiraan pasar. Kestabilan harga minyak ini juga dipengaruhi oleh mandeknya negosiasi perdamaian Ukraina, yang menegaskan sanksi terhadap Rusia, eksportir minyak terbesar kedua dunia, masih akan berlanjut.
Kenaikan harga minyak sempat mencapai sekitar satu persen dan berada pada level tertinggi dalam sepekan. Secara mingguan, baik Brent maupun WTI mencatat kenaikan sekitar 1,2 persen, setelah sebelumnya mengalami penurunan tajam pekan lalu.
Risiko Lain terhadap Permintaan Minyak
Meski harga minyak relatif stabil, kekhawatiran terhadap kemungkinan penutupan pemerintahan AS (government shutdown) dinilai dapat menekan permintaan minyak di ekonomi terbesar dunia tersebut. Investor pun tetap waspada terhadap dinamika geopolitik dan kondisi pasar global yang memengaruhi volatilitas harga minyak.
Dengan stabilnya harga minyak pasca gencatan senjata, pasar energi global dapat lebih tenang dalam jangka pendek. Namun, kombinasi risiko geopolitik, kelebihan pasokan, dan faktor domestik di negara konsumen utama seperti AS tetap menjadi perhatian penting bagi para pelaku pasar dan analis energi internasional.