JAKARTA - Kementerian Transmigrasi memperluas arah kebijakan dengan membuka kesempatan bagi transmigran untuk bekerja dan magang di Jepang.
Program ini menjadi salah satu agenda penting dalam kunjungan kerja Menteri Transmigrasi Muhammad Iftitah Sulaiman Suryanagara di ajang Osaka Expo 2025.
Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing transmigran Indonesia di kancah internasional. Kesempatan ini sekaligus memberi jalan baru agar para transmigran tidak hanya berfokus pada pembangunan wilayah di dalam negeri, melainkan juga terhubung dengan peluang kerja global.
Menteri Iftitah menegaskan, penguatan kapasitas transmigran akan menjadi kunci keberhasilan. Pelatihan berbasis sektor unggulan seperti pertanian, perkebunan, dan perikanan dengan standar industri Jepang akan dipersiapkan secara matang.
Fokus Pelatihan dan Penguatan Keterampilan
Dalam pernyataannya, Menteri Iftitah menekankan pentingnya pelatihan untuk mendukung kesiapan tenaga kerja asal transmigrasi.
“Bukan hal yang tidak mungkin jika kita, misalkan utamanya para transmigran yang sekarang ada di kawasan transmigrasi atau calon transmigran, kita juga lakukan pelatihan tentang perikanan, pertanian, perkebunan yang skalanya skala industri yang ada di Jepang,” ujarnya.
Dengan pelatihan terstruktur, transmigran diharapkan memiliki kemampuan setara tenaga kerja global. Hal ini akan membuat mereka lebih mudah beradaptasi ketika bekerja di Jepang, sekaligus membangun kepercayaan mitra internasional terhadap kualitas SDM Indonesia.
Pelatihan juga diproyeksikan mampu memberi nilai tambah jangka panjang. Usai kembali ke Tanah Air, transmigran dapat menerapkan keterampilan baru untuk mengembangkan wilayah asalnya dan mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Kerja Sama Internasional dan Mekanisme Program
Program ini turut melibatkan Asosiasi Penyelenggara Pemagangan Luar Negeri (AP2LN) yang menjadi mitra dalam pelaksanaan magang. Rencananya, program magang berlangsung selama 2 hingga 3 tahun dengan cakupan berbagai sektor industri di Jepang.
Kementerian Transmigrasi juga tengah menjajaki peran sebagai sending organization resmi. Dengan status tersebut, transmigran akan memperoleh akses lebih terjamin sejak tahap perekrutan, pelatihan, hingga perlindungan kerja di Jepang.
Skema kerja sama ini menunjukkan bahwa transmigrasi tidak lagi terbatas pada pembangunan kawasan domestik. Sebaliknya, transmigrasi kini diarahkan menjadi pintu bagi tenaga kerja Indonesia untuk menembus pasar global dengan mekanisme yang lebih terarah dan aman.
Harapan bagi Transmigran dan Daerah
Pemerintah menaruh harapan besar terhadap program kerja dan magang di Jepang ini. Tidak hanya memperluas kesempatan kerja, program ini juga diharapkan mampu meningkatkan daya saing serta memberikan pengalaman internasional berharga bagi transmigran.
Selain itu, keberhasilan program ini diyakini akan memberi manfaat berganda. Transmigran yang kembali ke Tanah Air diharapkan membawa keterampilan, wawasan, serta semangat baru dalam membangun dan memajukan kawasan transmigrasi.
Melalui langkah ini, transmigrasi tidak sekadar menjadi program pemindahan penduduk, melainkan juga strategi pemberdayaan manusia yang berorientasi pada pembangunan berkelanjutan.
Kehadiran transmigran di Jepang diharapkan menjadi duta kerja keras, inovasi, sekaligus simbol kontribusi Indonesia di panggung internasional.