Skip Makan Tak Bikin Kurus, Justru Picu Stres dan Gangguan Kesehatan

Kamis, 09 Oktober 2025 | 11:41:14 WIB
Skip Makan Tak Bikin Kurus, Justru Picu Stres dan Gangguan Kesehatan

JAKARTA - Melewatkan waktu makan sering kali dianggap hal biasa, entah karena jadwal padat, lupa, atau alasan diet.

Namun, kebiasaan yang tampak sepele ini ternyata membawa risiko besar bagi tubuh dan pikiran. Banyak orang beranggapan skip makan dapat membantu menurunkan berat badan, padahal kenyataannya justru sebaliknya.

Ahli gizi Christy Harrison menegaskan bahwa tidak ada manfaat nyata dari kebiasaan melewatkan makan. Menurutnya, tubuh memerlukan asupan gizi yang seimbang agar sistem metabolisme tetap berjalan optimal.

“Tidak ada manfaat yang nyata dari kebiasaan melewatkan makan. Sebaliknya, risikonya justru berbahaya bagi tubuh,” ujar Harrison. Pernyataan ini menegaskan bahwa menjaga pola makan teratur lebih penting daripada sekadar membatasi jumlah makanan tanpa perencanaan.

Dampak Fisik dan Mental akibat Skip Makan

Ketika tubuh tidak mendapatkan asupan makanan dalam waktu lama, kadar gula darah menurun. Kondisi ini memicu pelepasan hormon kortisol, yaitu hormon stres yang membuat tubuh menjadi tegang dan mudah cemas. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi suasana hati dan meningkatkan risiko depresi.

Penelitian juga menunjukkan bahwa melewatkan sarapan dapat meningkatkan risiko depresi dan kecemasan, terutama pada remaja. Artinya, skip makan tidak hanya memengaruhi kondisi fisik, tetapi juga berpengaruh terhadap kesehatan mental.

Tubuh dan pikiran yang tidak mendapat nutrisi cukup akan lebih mudah lelah, sulit fokus, dan rentan stres.

Selain itu, energi tubuh dan konsentrasi akan menurun karena otak membutuhkan glukosa sebagai sumber energi utama. Tanpa asupan yang cukup, seseorang akan merasa lemas, kehilangan fokus, dan cepat kehabisan tenaga.

Kebiasaan ini juga dapat menurunkan produktivitas dan membuat aktivitas harian terganggu. Tak heran jika banyak orang menjadi cepat “hangry”, yakni gabungan antara lapar dan marah, saat melewatkan waktu makan.

Gangguan Pola Makan dan Risiko Kenaikan Berat Badan

Tubuh sebenarnya memiliki mekanisme alami yang diatur oleh hormon leptin dan ghrelin untuk menentukan kapan merasa lapar atau kenyang. Jika seseorang sering menahan lapar atau melewatkan jam makan, keseimbangan hormon ini bisa terganggu.

Akibatnya, tubuh kehilangan kepekaan terhadap sinyal kenyang dan lapar, sehingga mudah makan berlebihan di waktu berikutnya. Saat kadar gula darah terlalu rendah, tubuh akan mencari sumber energi cepat dari makanan tinggi gula atau karbohidrat sederhana.

Hal ini mendorong keinginan untuk mengonsumsi camilan manis atau makanan cepat saji. Dorongan makan yang tak terkendali dapat berujung pada binge eating, yaitu makan dalam jumlah berlebihan sekaligus. Ironisnya, kebiasaan ini justru menyebabkan kenaikan berat badan, bukan penurunan.

Lebih jauh lagi, melewatkan makan berhubungan dengan risiko obesitas dan sindrom metabolik. Pola makan tidak teratur dapat menyebabkan tekanan darah tinggi, peningkatan kadar kolesterol jahat, serta penumpukan lemak di perut. Dalam jangka panjang, kondisi ini bisa berkembang menjadi diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.

Kekurangan Nutrisi dan Gangguan Pencernaan

Setiap kali seseorang melewatkan waktu makan, tubuh kehilangan kesempatan untuk mendapatkan asupan gizi penting seperti protein, vitamin, mineral, dan serat. Jika hal ini terjadi berulang kali, risiko kekurangan nutrisi akan meningkat.

Tubuh mungkin akan kekurangan energi, mengalami gangguan metabolisme, bahkan penurunan daya tahan tubuh. Lebih buruk lagi, kebiasaan ini bisa memengaruhi sistem pencernaan. Tidak makan sesuai jadwal membuat kerja organ pencernaan tidak stabil.

Beberapa orang bisa mengalami mual, sakit perut, atau diare. Sebaliknya, sebagian lainnya mungkin mengalami sembelit akibat lambatnya proses pencernaan.

Apabila seseorang mengimbanginya dengan makan berlebihan setelah skip makan, beban sistem pencernaan akan semakin berat. Kondisi ini dapat menyebabkan rasa begah, tidak nyaman, hingga gangguan buang air besar. Selain itu, pola makan tidak teratur juga dapat mengubah cara tubuh memproses makanan dan menyerap nutrisi.

Risiko Gangguan Makan dan Cara Menghindarinya

Dalam jangka panjang, kebiasaan melewatkan makan bisa memengaruhi hubungan seseorang dengan makanan. Christy Harrison menjelaskan bahwa orang yang sering menunda makan lebih rentan mengalami gangguan makan serius seperti anoreksia atau bulimia.

Kedua gangguan tersebut tidak hanya merusak tubuh, tetapi juga menghancurkan kesehatan mental serta kualitas hidup. Dalam kasus ekstrem, gangguan makan bahkan bisa mengancam nyawa.

Untuk mencegahnya, penting membangun rutinitas makan yang seimbang. Cobalah makan dalam porsi kecil tapi sering agar kadar gula darah tetap stabil. Pilih makanan bergizi yang mengandung protein, karbohidrat kompleks, serta lemak sehat untuk menjaga energi dan konsentrasi.

Menjaga pola makan teratur bukan sekadar soal disiplin waktu, melainkan bentuk perhatian terhadap kesejahteraan tubuh secara menyeluruh. Dengan tidak melewatkan makan, tubuh mendapatkan energi yang cukup untuk beraktivitas, otak bekerja lebih fokus, dan suasana hati menjadi lebih stabil.

Melewatkan makan mungkin tampak sederhana, tetapi dampaknya dapat meluas ke seluruh sistem tubuh. Dengan menjaga jadwal makan dan memperhatikan asupan gizi, Anda telah melindungi diri dari berbagai risiko penyakit dan memastikan tubuh tetap sehat serta bertenaga sepanjang hari.

Terkini